Total Tayangan Halaman

Laman

Senin, 13 Juni 2011

Dinamika Pesantren Salaf DI Era Modern

Dinamika Pendidikan Pesantren Salaf
Oleh: Kasdi Ardiansah

I. Pendahuluan
Pendidikan takkan pernah bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Dengan adanya pendidikan, maka manusia akan mengetahui apa yang dilakukan dan dibutuhkan selanjutnya. Pada awalnya pendidikan adalah proses transformasi ilmu dari orang yang disebut ilmuan (guru) ke-orang yang belum berilmu (awam/murid). dalam melakukan proses ini, diwadahi dalam sebuah lembaga pendidikan yang kemudian memunculkan istilah masing-masing. Seperti lembaga pedidikan yang dinamakan pesantren, sekolah dan lain-lain.
Di dalam makalah ini penulis akan sedikit mendiskripsikan lembaga pendidikan pesantrenyang berbasis salaf, ditinjau dari segi sejarah munculnya sehingga dinamakan pesantren dan juga karakter dan konsep pendidikan yang ada di dalamnya. dibagian akhir, penulis juga mencoba memberikan analisa terhadap dinamika yang dihadapi pesantren dalam menghadapi perkembagan zaman.
Mudah-mudahan makalah ini akan membuka cakrawala berpikir kita untuk bisa memberikan masukan, bagaimana baiknya mempertahankan pendidikan pesantren salaf yang semakin banyak ditinggalkan oleh masyarakat.

II. Pembahasan
A. Pengertian
kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Sedangkan menurut Geertz pengertian pesantren diturunkan dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis, maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Dia menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari para Hindu Dalam buku Pola Pembelajaran di Pesantren disebutkan istilah pesantren berasal dari India, karena adanya persamaan bentuk antara pendidikan pesantren dan pendidikan milik Hindu dan Budha di India ini dapat dilihat juga pada beberapa unsur yang tidak dijumpai pada sistem pendidikan Islam yang asli di Mekkah. Unsur tersebut antara lain seluruh sistem pendidikannya berisi murni nilai-nilai agama, kiai tidak mendapatkan gaji, penghormatan yang tinggi kapada guru serta letak pesantren yang didirikan di luar kota. Data ini oleh sebagian penulis sejarah pesantren dijadikan sebagai alasan untuk membuktikan asal-usul pesantren adalah karena penguhdariIndia.

B. Sejarah dan Pendidikan
Perjalanan panjang pendidikan pesantren di Indonesia dapat ditelusuri melalui bentuk-bentuk pendidikan yang dilaksanakan di langgar-langgar, masjid atau rumah-rumah penduduk serta guru ngaji yang bersangkutan. Pada awalnya pola pendidiknnya hanya sekedar berupa kumpulan anak-anak yang belajar pengetahuan agama dari tingkat dasar sampai naik ketingkat yang tinggi, selanjutnya menjelma menjadi madarasah diniyah, kemudian berkembang menjadi pondok pesantren. Pendapat lain mengatakan, Belum diketahui secara persis pada tahun berapa pesantren pertama kali muncul sebagai pusat-pusat pendidikan-agama di Indonesia. Agama Islam mulai menyebar di seluruh Indonesia kira-kira pada abab ke-15 tetapi diperkirakan sudah datang di Indonesia pada abad ke-8 melalui para pedagang Arab. Sampai abad ke-16 agama Islam telah tersebar dan merupa
agama yang paling besar di seluruh nusantara Indonesia. Pesantren yang paling lama di Indonesia namanya Tegalsari di Jawa Timur. Tegalsari didirikan pada ahkir abad ke-18, walaupun sebetulnya pesantren di Indonesia mulai muncul banyak pada akhir abad ke-19.
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih yang kemudian memberikan dampak bagi pendidikan lainya terutama lembaga pendidikan pesantren. Dalam merespon kemajuan pendidikan, terutama dalam bidang teknologi, lembaga pesantren mulai melakukan perubahan-perubahan dengan tidak menghilangkan ruh dan tujuan pendidikkan pesantren tersebut. Diantarnya adalah mengadopsi kurikulum pendidikan umum yang dikombinasikan dengan pendidikan yang telah ada sebelumnya, yang kemudian muncul istilah pesantren modern, yaitu lembaga yang memperpadukan pendidikan formal dan nonformal.
Tetapi tidak sedikit pesantren yang tetap mempertahankan tradisi lama dari pola pendidikanya dan hanya menkaji ilmu keagamaan saja tanpa melihat perubahan yang ada diluar pesantren tersebut, dan ini kemudian menimbulkan peryanyaan dimasyarakat pola pendidikan mana yang akan menjadi kepercayaan untuk meneruskan pendidikan anak-anak mereka.
Adanya lembaga pendidikan, khususnya pesantren ditengah-tengah masyarakat diharapkan mampu memotivasi di dalam kegiatan belajar dan mengatasi problem putus sekolah bagi anak-anak yang kurang mampu dalam hal ekonomi, karena lembaga pesantren sudah dikenal sejak lama tidak menerapkan biaya yang mahal seperti lembaga pendidikan lain. Tetapi dunia pesantren akhir-akhir ini mulai mulai kurang diminati oeh masyarakat terutama oleh masyarakat golongan menengah keatas, dan ini hampir menyeluruh di masyarakat. Bahkan disuatu daeah tertentu lembaga pesantren mengalami gulung tikar dikarenakan didaerah tersebut berdiri lembaga pendidikan lain.
Pondok pesantren terutama yang dikenal dengan istilah salaf dianggap kurang respon dengan perubahan dan kemajuan yang telah diterapkan oleh lembaga pendidikan lain seperti lembaga pendidikan formal, diantaranya tidak memasukan kurikulum pendidikan umum, pendidikan teknologi, bahasa asing serta tidak adanya standar kelulusan seperti ijazah dan ini menjadi persoalan utama ketika siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan keluar pesantren tersebut.
Melihat kondisi seperti ini, sebagian pesantren mulai menerapkan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah di dalam pendidikan formal, seperti adanya standar kelulusan, ijazah, memasukan kurikulum pendidikan umum dengan mendirikan sekolah dalam pesantren tersebut.
Cara demikian disebagian pesantren dinilai cukup berhasil, bahkan pesantren tersebut mengalami kemajuan dari segi kuantitas siswa dan ini bisa mempertahankan pesantren tersebut dari kehilangan peminat. Tetapi disebagian daerah, dinilai kurang berhasil, bahkan lembaga pendidikan tersebut mengalami penurunan minat dan mulai ditinggalkan masyarakat..
Yang jadi persoalan lain adalah, pola pendidikan pesantren yang lama mulai bergeser dengan pola pendidikan yang baru, dan banyak pesantren yang beralih memilih menekankan pendidikan yang baru diadopsinya dengan menambah jam pelajaran dan mengurangi jam pelajaran pendidikan lama.
Ironi memang, padahal adanya pendidikan lain yang sifatnya umum adalah sebagai pelengkap bahkan dikatakan penarik minat masyarakat agar pendidikan pesantren yang telah diwarisi turun temurun tetap berjalan khususnya di Indonesia.


III. Penutup
Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, sudah saatnya mulai berbenah diri dalam menghadapi perubahan zaman. Dalam melakukan perubahan ini pesantren tidak harus merubah total apa yang telah dijalani dunia pesantren selama ini, dalam artian karakteristik pesantren tersebut tidak hilang. Ini sangat perlu dilakukan demi terus berjalannya lembaga pendidikan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://darulhikmah.blogspot.com/2008/05/pengertian-dan-tipe-pesantren.html.minggu.9,28.pm
Khozin. 2006. Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia. Malang: UMM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar